Kamis, 15 Juni 2017

Kisah Lisa Asal Sulut, Meraih Mimpi Jadi Dokter Gigi di UGM



Lisa Paputungan siswi SMA 1 Manado, Sulawesi Utara diterima di Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada (UGM). Lisa diterima melakukan jalur SNMPTN dan mendapatkan beasiswa Bidikmisi. Dia akan kuliah gratis selama 8 semester.

Lisa merupaksan siswi berprestasi, namun termasuk golongan kurang mampu. Orangtua Lisa, hanya tinggal ayahnya Isnan Paputungan. Usianya sudah 76 tahun dan menderita prostat sejak lama sehingga menggunakan kateter setiap hari.

Ibu Lisa, Tenti Paputungan sudah meninggal dunia saat dia berusia 8 tahun. Meski sudah lama menikah, Isnan dan Tenti termasuk lama dikaruniai anak. Lisa adalah anak tunggal. Isnan sudah mulai sakit-sakitan. Lisa akhirnya diasuh oleh adik perempuan dari keluarga ibunya.

"Sejak kelas empat SD, ia diasuh bibinya," kata Isnan saat ditemui tim Humas UGM di rumahnya di Desa Kotabunan, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim), Sulawesi Utara.

Di rumah yang nampak tidak terawat tersebut, Isnan berkisah, sejak sepeninggal istrinya, ia sudah mulai jatuh sakit karea faktor usia. Namun karena hidup dalam keterbatasan dengan hanya mengandalkan hasil dari kebun kopra, tidaklah cukup untuk mengganti biaya berobat. Ia pun menjual kebun kopra satu satunya itu. Alasan itulah ia kemudian menitipkan Lisa kepada adik iparnya, Masita Paputungan (48). Dia bekerja sebagai guru SMP yang tinggal di desa sebelah.

Masa kecil Lisa dihabiskan dengan hidup menumpang di rumah bibinya, namun karena keadaan Lisa pun tidak bisa berbuat banyak. Sebagai anak piatu, ia mengikuti kehendak keluarganya. Meski Lisa sendiri mengaku merindukan sosok ibunya yang pernah lekat dan pernah mengisi masa kecilnya walau cuma sebentar.


Pendidikan SD dan SMP diselesaikan Lisa di Boltim. Sebagai seorang Guru, Masita selalu mengajarkan pada Lisa tentang pentingnya memanfaatkan waktu belajar. Apalagi Lisa sudah dianggap seperti anak sendiri. Saat itu Masita juga belum dikaruniai anak.
Saat menempuh pendidikan SD dan SMP, Lisa termasuk siswa yang menonjol di kelas. Ia selalu mendapat rangking di sekolah. Hasil nilai ujian akhir cukup bagus hingga bisa diterima melanjutkan sekolah di SMAN 1 Manado.

Jarak antara Boltim dengan Manado sekitar 144 kilometer. Jarak yang jauh itu, Lisa akhirnya tinggal di rumah salah seorang guru SMA yang mengajar di sekolahnya. Sementara untuk biaya hidup dan biaya sekolah, Lisa mendapat beasiswa dari pemerintah lewat program Afirmasi Pendidikan Tinggi bagi putra-putri daerah Terluar, Terdepan, dan Tertinggal (ADik 3T).

Lisa mengaku, saat mengenyam bangku SMA di Manado tetap belajar dengan tekun karena ia selalu ingat pesan dari bibinya bahwa suatu saat kelak ia akan mampu membahagiakan orang tuanya apabila ia mampu menggapai cita-citanya.


PATHNER PERMAINAN KARTU ONLINE TERBESAR

"Kalau kamu nanti berhasil, kamu yang jaga semua (orangtua)," kata Lisa.

Tidak jarang, Lisa merasa rindu dengan ayahnya yang tinggal sendiri diri di rumah. Ia kahawatir jika ayahnya jatuh sakit yang lebih parah. Terkadang ada perasaan menyesal karena tidak selalu ada di samping ayahnya. Namun kekhawatiran itu ia buang jauh-jauh apalagi di sekitar rumah di Boltim masih ada sanak famili yang selalu menengok ayahnya. "Kadang kalau ingat ayah, saya sedih," katanya.

Selama sekolah di SMAN 1 Manado, Lisa selalu masuk peringkat 10 besar. Ketika ada program masuk perguruan tinggi lewat jalur SNMPTN, Lisa ikut mendaftar, perjuangan dan doanya terkabul, ia diterima di prodi pendidikan Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada.

Mengetahui anak semata wayangnya diterima kuliah di UGM, Isnan senang sekaligus sedih, terbayang baginya nantinya ia akan jarang bertemu dengan anaknya yang berada jauh di negeri seberang.

"Saya senang, saya ingatkan agar Lisa selalu tetap bersyukur," kata Isnan seraya menggenggam ujung tongkatnya dengan sedikit gemetar. Lisa makin erat memeluknya. Sang bibi, Masita, nampak sesekali menyeka air mata yang meleleh, terharu melihat ayah dan anak berpelukan di ujung kursi sofa yang sudah lusuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar